Selasa, 05 Mei 2009

rethinking the future I

Judul diatas mungkin sedikit berlebihan bagi sebagian orang yang membacanya, dan sebagian lagi mungkin sangat penasaran dan antusias untuk segera mendiskusikannya dan ingin tahu jawabnya, seperti saya..he..he..

Di mulai dari dengan sebuah pertanyaan permulaan "mengapa?". Mengapa kita harus memikirkan masa depan? mengapa kita musti berusaha memetakan masa depan? bukankah kita tidak mengetahui persis apapun tentang apa yang akan terjadi dalam1 (satu) detik saja kedepan hidup kita, bisa saja dalam sedetik kedepan itu kita mati tertabrak mobil, atau dirampok dijalan, terkena musibah banjir, terjebak dalam lift, dapat hadiah undian dsb. Masa depan adalah Tuhan yang atur. Jadi mengapa kita susah2 memikirkannya?

Memang benar bahwa masa depan itu suatu misteri, tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi nanti, begitu kata Master oogway seorang guru besar kungfu dalam film Kungfu Panda yang berkata " Yesterday is history, tomorrow is mistery and today is a give", menasehati si panda yang kesal dan pesimis menghadapi hinaan dan kenyataan bahwa dia tidak bisa menjadi seorang pendekar kungfu yg hebat seperti "kelompok lima" saudara seperguruannnya.

Jadi mengapa kita masih saja perlu memetakan masa depan? jawabannya adalah karena kita membutuhkan persiapan untuk menghadapi ketidak pastian di masa depan. Kita memang bukan Tuhan yang bisa tahu persis bagaimana nanti masa depan itu, tapi kita bisa memprediksi bagaimana itu masa depan. bagaimana kita bisa memprediksi masa depan?

Seperti kita tahu tanda2 bahwa hari mau hujan yaitu udara menjadi lebih panas dari biasanya, langit terlihat mendung, angin bergerak sepoi2, kita tahu juga tanda2 bahwa kita akan jatuh sakit, seperti suhu badan meningkat, terasa kedinginan, badan terasa lemas dsb. Nah, dengan melihat dan merasakan tanda2 inilah kita bisa memprediksi bagaimana nanti yang akan terjadi, setidaknya kita tahu apa yang harus kita lakukan. Meskipun tidak 100 % tepat.

Itulah sebabnya mengapa perusahaan2 asuransi dan bank tumbuh berkembang sekarang, karena kita semua telah sadar untuk selalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa depan, yang semakin lama semakin kompleks dan rumit untuk kita mengerti.

Tapi apakah hanya hidup kita saja yang perlu kita siapkan untuk masa depan? Saya rasa banyak yang perlu di persiapkan untuk masa depan. Karena perubahan2 dan tanda2 berubahnya lingkungan sekitar hidup kita kini telah semakin jelas. Bisa kita lihat bagaimana perbedaan hidup di era 80-an, 90-an, hingga milenium baru abad 21 ini. Semua berubah, kebiasaan, budaya, cara pandang, pola pikir dan kebutuhan hidup. Bagi mereka yang lahir di era 70-an hingga akhir 80-an akan mempunyai pola hidup yang berbeda dengan mereka yang lahir di era 90-an hingga awal milenium.

Anak2 dan remaja kita sekarang adalah anak2 yang sangat akrab dengan dunia internet, game online, tekhnologi komunikasi dan informasi secara masive (intens). maka tidak heran mereka yang berusia baru 5 tahun saja sudah tahu bagaimana menggunakan mouse pada komputer. Kehidupan digital telah mempengaruhi mereka. Dan mereka sering di kelompokan sebagai digital native. Hal ini sangat berbeda jauh dengan angkatan era 70-an dan akhir 80-an, dimasa mereka tumbuh tak ada yang namanya komputer, handphone, apalagi internet. Jadilah banyak diantara mereka gagap tekhnologi. mereka yang masih gagap tekhnologi ini sering disebut digital immigrant. Yang perlu dicermati adalah bagaimana anak2 dan remaja2 kita atau para digital native sekarang begitu antusias bermain dengan tekhnologi ini terutama internet. Mengapa mereka begitu lekat dengan situs2 seperti friendster, facebook, myspace dsb. apa yang mereka cari?

Dari sumber majalah marketing menjelaskan bahwa mereka (digital native) merasa terhubung, terkoneksi dan memiliki perasaan berbagi, yang bila ditelusuri lebih dalam ternyata ada satu perasaan mendasar yaitu kontrol dan kebebasan. Para pengguna situs2 ini memiliki kekuasaan untuk membaca, melihat, memilih, menulis, mengirim dan melakukan sesuatu. Bagi mereka, dipaksa untuk membaca informasi adalah konsep kuno. Mereka tidak akan tahan duduk berlama2 lebih dari 30 menit mendengarkan guru mereka sewaktu pelajaran, mereka juga mulai tidak nyaman dengan iklan media cetak atau televisi. Karena mereka tidak memiliki kontrol atau kebebasan memilih. Mereka merasa tidak dilibatkan dalam membuat keputusan untuk menentukan mana yang harus dilihat dan mana yang harus dibuang.
Interaktif !!, melibatkan mereka berpartisipasi adalah kunci membuat kelompok ini akan betah duduk mengikuti keinginan kita.

So, jadi kemajuan tekhnologi merupakan triger yang telah membuat peta dan perilaku manusia berubah, yang tentu saja akan mengubah wajah2 di bidang lain. dan itu waktunya adalah sekarang untuk mulai memikirkannya. dalam hal ini saya kaitkan dalam dunia desain, tentu kita sebagai desainer grafis haruslah mulai memikirkan kembali metode2 desain yang telah ada dengan kebutuhan akan masa mendatang. Bagi industri periklanan tentu dituntut untuk terus memikirkan ulang metode2 dan media2 apa yang efektif, terkhusus untuk menyasar segmen kelompok ini. dibutuhkan kekuatan kreatifitas yang tinggi untuk dapat membuat mereka (digital native) di masa mendatang akan mau memperhatikan iklan2 yang di sodorkan kepada mereka.

Sebelum saya membaca majalah marketing ini, konsep interaktif sebenarnya jauh sudah diusung oleh para seniman2 kita dan dunia, saya lupa waktu itu tema pertunjukan performance art-nya, yang jelas di hadiri oleh seniman dari berbagai negara, seperti thailand, malaysia, philipina, amerika, eropa (jerman) dan indonesia yang diadakan di balai Soedjatmiko Gramedia Solo, tahun 2004 kalo tidak salah, sayang sekali saya tidak punya secuilpun dokumentasinya baik foto maupun video-nya. disini pertunjukan performance art lain dari biasa yang saya kenal, biasanya sangat simbolis dan membingungkan, tapi kali ini disajikan dalam format yang sangat mudah dicerna oleh siapapun meskipun hanya dalam bentuk gerakan dan simbol2 visual, dan lebih menariknya melibatkan partisipasi penonton dalam pertunjukannya. jadi pertunjukan performance art itu sebenarnya menjadi keputusan penonton untuk memulai dan mengakirinya, sang seniman hanya menjadi fasilisator saja, sebuah konsep yang baru dan brilian saat itu menurut saya. Nah bagaimana dengan kita para desainer grafis, dan insan2 kreatif lainnya, apakah masih terus berkutat di dalam, sementara diluar sana dunia telah berubah semakin cepat.

Tidak ada komentar: