Kamis, 07 Mei 2009

rethinking the future 2

Kehidupan mapan adalah dambaan setiap orang, tak terkecuali saya..he..he..., tapi tahukah anda bahwa kehidupan mapan merupakan tanda akan bahaya sedang menanti di depan anda?
Saya tidak mengatakan bahwa hidup mapan itu tidak baik, tapi kemapanan adalah suatu kondisi yang bila di biarkan akan bersifat merusak akibat kita terlena di dalam zona nyaman yang membutakan mata hati dan pikiran bahkan mata fisik kita. Mengapa?

Ambil contoh seorang yang sangat kita kenal yaitu syech puji, dia sekarang telah menjadi pengusaha kuningan terkaya di Indonesia. apa yang terjadi dengan syech puji ketika kini dia sudah memiliki kekayaan yang luar biasa dan mapan secara finansial, karena kekayaannya mencapai milyaran rupiah. kini dia menjadi pesakitan hukum gara2 menikahi anak dibawah umur. pertanyaanya apakah dahulu syech puji melakukan ini sebelum dia menjadi kaya seperti sekarang? saya yakin dia tidak, karena diwaktu merintis usahanya dulu dia masih dalam kondisi belum setabil dari sisi ekonominya. tapi ketika usahanya telah mapan dan dengan kekayaan yang luar biasa, dia mulai berubah karena tertutup oleh zona nyaman yang membutakannya. dia mulai berpikir bahwa semua bisa dibeli. Sikap arogansi dan puas diri adalah salah satu faktor dari sebab terjebak dalam zona kemapanan ini. Hal ini juga terjadi pada presiden ke-2 kita Soeharto, gak perlu saya ceritakan bagaimana dia masuk dalam jebakan kemapanan ini. karena saya yakin anda sudah tahu dari cara dia memimpin bangsa ini. Tanda2 arogansi ini bisa dilihat yaitu : anda mulai berhenti mendengar, foya-foya, mengintimidasi orang lain, mau menangnya sendiri, merekayasa persetujuan, dan pengingkaran.

Lagi, mari kita amati kehidupan sekitar kita sehari2, pasti kita punya tetangga, atau saudara kita yang secara finansial cukup kaya. apakah anda memperhatikan bagaimana kehidupan anak2 mereka? apa yang terjadi ketika sudah dewasa ? sebagian besar yang telah saya amati kebanyakan mereka menjadi pribadi yang kurang mandiri, kehidupan mereka sangat bergantung pada orang tua mereka. ini hasil pengamatan saya dari beberapa keluarga dari teman2 saya, beberapa tetangga saya, bahkan saudara dari keluarga saya sendiri. ada kesamaan pola diantara mereka dibesarkan, yaitu "proteksi" yang berlebihan dari orang tua yang sebenarnya itu juga proteksi terhadap gengsi sang oranga tua sendiri dan akhirnya jadi bumerang. proteksi ini menjadikan anak2 mereka hidup dalam zona aman dan nyaman yang justru melemahkan anak2 mereka. Sehingga anak2 mereka kurang berani mengambil keputusan dan tidak bisa mandiri. ketergantungan dan kreatifitas yang rendah adalah efek dari proteksi yang berlebihan, hal ini juga terjadi pada perusahaan2 negara BUMN kita, yang diberi hak monopoli oleh pemerintah sehingga ketika dunia mulai memasuki pasar bebas yang harus bersaing dengan perusahaan2 lain menjadikan perusahaan BUMN ini menjadi kelabakan dengan kompetisi di dunia luar. yang sudah mencapai titik hiper.

Sikap puas diri dengan prestasi2 masa lampau adalah suatu sikap status quo, mengapa? membanggakan kejayaan prestasi yang telah diraih saat ini atau kesuksesan masa kini atau masa lalu yang berlebihan adalah bentuk kesulitan kita untuk maju dan mau menerima perubahan, artinya kita tidak mau belajar lagi, berhenti mendengar, berhenti berkreatifitas, kita menjadi tambun, berat dan lambat menerima perubahan. pada akhirnya kita jadi tua, kolot dan mati. kita bisa mencontoh PT.Petakumpet Advertising Agency yang pentholannya adalah mas Arief Budiman, dengan semangat prinsip filosofi burung Phoenik yaitu yang selalu membakar diri di akhirnya hingga jadi abu dan dari abu itu tumbuh burung phoenik yang baru. Maksudnya adalah selalu membakar keberhasilan kita masa lalu untuk memupuk kembali semangat untuk terus berkarya yang lebih baik lagi.

Percaya diri adalah baik dan memang kita butuhkan agar kita bisa berbuat lebih banyak, tapi ketika kita jadi terlalu percaya diri dan terlalu membanggakan kemampuan diri (kompetensi) bahwa kita yang terbaik, ini akan menjadikan masalah di masa depan. mentalitas kita merasa kita sudah tak terkalahkan dan tidak mungkin kita berbuat salah. masih ingat kisah kapal Titanic? bagaimana kapal yang dirancang anti tenggelam yang di sesumbarkan oleh sang insinyurnya bahkan dengan arogan Tuhan pun tak sanggup menghentikannya. tapi apa jadinya? di pelayaran perdana Titanic ke Amerika, justru kapal ini tenggelam bahkan belum pernah sampai ke benua Amerika, dan satu hal lagi ini adalah kecelakaan paling tragis dalam sejarah kecelakaan kapal berpenumpang di dunia dengan korban tewas terbanyak sekitar 3000 orang.

Rabun jauh atau memandang remeh si "kecil", dalam persaingan bisnis, seringnya perusahaan lebih memandang yang dianggap musuh berbahayanya atau yang memiliki kans untuk dapat menggantikan posisinya adalah yang selevel dengan "dirinya". sehingga membawa pada kondisi perang berdarah2 dalam kompetisi antara kedua atau tiga perusahaan yang bersaing. lihat saja persaingan antara operator seluler GSM dulu, pertarungan begitu sengit dengan banting2an harga hingga mereka lupa membangun merek mereka. tiba2 mereka terkaget dengan hadirnya operator CDMA dengan harga jauh lebih murah dari operator GSM. Kadang hal ini juga berarti persaingan secara tidak langsung, dalam arti dari pemain ceruk yang berbeda atau lebih kecil yang secara signifikan merugikan para kompetitor besar, misal saja persaingan burger mc. donald dengan burger king dalam kategori makanan cepat saji, tanpa disadari oleh mereka pizza hut mencuri ceruk pasar mereka secara pasti, karena secara tidak langsung pizza adalah termasuk kategori makanan cepat saji juga. dimana memiliki potensi switching dari burger ke pizza sangat memungkinkan. sikecil yang lincah bak daud melawan goliath, terjadi pada hipermart ketika sibuk melawan carefour, sementara dilain pihak indomart dengan konsep waralaba bergerak di bidang yang sama bak jamur dimusim hujan yang memiliki gerai lebih kecil tapi cepat dijangkau oleh konsumen dari rumah, yang tentu saja mengancam keberadan sang raksasa belanja. jadi jangan remehkan sang pemain ceruk yang lebih kecil.

Dan kemapanan paling berbahaya adalah FANATISME, tak ada yang dapat menyaingi tingkat kehancuran dari kekuatan sang fanatik ini. sekali lagi fanatik bisa jadi baik, tapi apabila fanatik berubah jadi berlebih akan sangat menghancurkan efeknya, lihat saja seperti kasus bom bali 1 & 2 semua berangkat dari orang2 yang berlaku fanatik akan kepercayaan. lalu di perusahaan fanatik juga bisa menjadi alat pembunuh perusahaan, saya pernah merasakan persaingan antar divisi masing2 marketing di sebuah perusahaan jamu, disini mereka lebih mementingkan divisi produknya dari pada divisi produk lainnya dan melupakan bahwa tindakan ini akan merusak kelangsungan perusahaan yang mewadahinya. peranga antar bagian seperti antara PR dengan bagian marketing dan advertising, mereka merasa bagian mereka lebih penting. secara tidak sadar mereka terjebak dalam fanatisme.

Apabila saya kaitkan dengan dunia desainer grafis, atau yang berkaitan dengan ini maka ini bisa diartikan kita telah diberi warning, terutama teman2 desainer grafis di daerah terkhusus di solo.
kebanyakan teman2 para desainer bertindak seperti makelar desain. dan memang saya akui lebih cepat dan mudah menghasilkan uang yang banyak, tapi apakah artinya kita sebagai desainer grafis bila jasa kita disamakan dengan jual beli barang cetak/printing/ sablon? teman2 kita sudah terlalu lama membiarkan kenikmatan sebagai makelar desain. kita sudah terlena, hingga makna desainer grafis kini hampir tidak memiliki arti lagi, hanya terlihat di event pameran dan lomba desain baru kita terlihat sebagai desainer grafis sesungguhnya. kalo meminjam istilah seniman, kita telah melacurkan diri sebagai desainer grafis menjadi tukang seting tata layout. saya tidak mengatakan tukang seting itu buruk, tapi kita adalah desainer grafis berlakulah seperti layaknya desainer grafis, yaitu bermain ide, konsep, dan kreatifitas yang bisa menjual atau malah sebagai kajian ilmu. saya tidak bisa sendiri melakukan ini, ayo kita hargai diri kita sebagai desainer grafis dan karya kita. karya kita bukan sembarang asal kentut, tapi karya kita anggaplah seperti anak kita sendiri. selama ini saya bertahan dengan cara menjual jasa desain, meskipun tidak munafik masih menjual diri, untuk tetap bertahan hidup tapi setidaknya kita harusnya bisa lebih baik dari ini. salam buat teman2 desainer grafis Solo.

Selasa, 05 Mei 2009

rethinking the future I

Judul diatas mungkin sedikit berlebihan bagi sebagian orang yang membacanya, dan sebagian lagi mungkin sangat penasaran dan antusias untuk segera mendiskusikannya dan ingin tahu jawabnya, seperti saya..he..he..

Di mulai dari dengan sebuah pertanyaan permulaan "mengapa?". Mengapa kita harus memikirkan masa depan? mengapa kita musti berusaha memetakan masa depan? bukankah kita tidak mengetahui persis apapun tentang apa yang akan terjadi dalam1 (satu) detik saja kedepan hidup kita, bisa saja dalam sedetik kedepan itu kita mati tertabrak mobil, atau dirampok dijalan, terkena musibah banjir, terjebak dalam lift, dapat hadiah undian dsb. Masa depan adalah Tuhan yang atur. Jadi mengapa kita susah2 memikirkannya?

Memang benar bahwa masa depan itu suatu misteri, tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi nanti, begitu kata Master oogway seorang guru besar kungfu dalam film Kungfu Panda yang berkata " Yesterday is history, tomorrow is mistery and today is a give", menasehati si panda yang kesal dan pesimis menghadapi hinaan dan kenyataan bahwa dia tidak bisa menjadi seorang pendekar kungfu yg hebat seperti "kelompok lima" saudara seperguruannnya.

Jadi mengapa kita masih saja perlu memetakan masa depan? jawabannya adalah karena kita membutuhkan persiapan untuk menghadapi ketidak pastian di masa depan. Kita memang bukan Tuhan yang bisa tahu persis bagaimana nanti masa depan itu, tapi kita bisa memprediksi bagaimana itu masa depan. bagaimana kita bisa memprediksi masa depan?

Seperti kita tahu tanda2 bahwa hari mau hujan yaitu udara menjadi lebih panas dari biasanya, langit terlihat mendung, angin bergerak sepoi2, kita tahu juga tanda2 bahwa kita akan jatuh sakit, seperti suhu badan meningkat, terasa kedinginan, badan terasa lemas dsb. Nah, dengan melihat dan merasakan tanda2 inilah kita bisa memprediksi bagaimana nanti yang akan terjadi, setidaknya kita tahu apa yang harus kita lakukan. Meskipun tidak 100 % tepat.

Itulah sebabnya mengapa perusahaan2 asuransi dan bank tumbuh berkembang sekarang, karena kita semua telah sadar untuk selalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa depan, yang semakin lama semakin kompleks dan rumit untuk kita mengerti.

Tapi apakah hanya hidup kita saja yang perlu kita siapkan untuk masa depan? Saya rasa banyak yang perlu di persiapkan untuk masa depan. Karena perubahan2 dan tanda2 berubahnya lingkungan sekitar hidup kita kini telah semakin jelas. Bisa kita lihat bagaimana perbedaan hidup di era 80-an, 90-an, hingga milenium baru abad 21 ini. Semua berubah, kebiasaan, budaya, cara pandang, pola pikir dan kebutuhan hidup. Bagi mereka yang lahir di era 70-an hingga akhir 80-an akan mempunyai pola hidup yang berbeda dengan mereka yang lahir di era 90-an hingga awal milenium.

Anak2 dan remaja kita sekarang adalah anak2 yang sangat akrab dengan dunia internet, game online, tekhnologi komunikasi dan informasi secara masive (intens). maka tidak heran mereka yang berusia baru 5 tahun saja sudah tahu bagaimana menggunakan mouse pada komputer. Kehidupan digital telah mempengaruhi mereka. Dan mereka sering di kelompokan sebagai digital native. Hal ini sangat berbeda jauh dengan angkatan era 70-an dan akhir 80-an, dimasa mereka tumbuh tak ada yang namanya komputer, handphone, apalagi internet. Jadilah banyak diantara mereka gagap tekhnologi. mereka yang masih gagap tekhnologi ini sering disebut digital immigrant. Yang perlu dicermati adalah bagaimana anak2 dan remaja2 kita atau para digital native sekarang begitu antusias bermain dengan tekhnologi ini terutama internet. Mengapa mereka begitu lekat dengan situs2 seperti friendster, facebook, myspace dsb. apa yang mereka cari?

Dari sumber majalah marketing menjelaskan bahwa mereka (digital native) merasa terhubung, terkoneksi dan memiliki perasaan berbagi, yang bila ditelusuri lebih dalam ternyata ada satu perasaan mendasar yaitu kontrol dan kebebasan. Para pengguna situs2 ini memiliki kekuasaan untuk membaca, melihat, memilih, menulis, mengirim dan melakukan sesuatu. Bagi mereka, dipaksa untuk membaca informasi adalah konsep kuno. Mereka tidak akan tahan duduk berlama2 lebih dari 30 menit mendengarkan guru mereka sewaktu pelajaran, mereka juga mulai tidak nyaman dengan iklan media cetak atau televisi. Karena mereka tidak memiliki kontrol atau kebebasan memilih. Mereka merasa tidak dilibatkan dalam membuat keputusan untuk menentukan mana yang harus dilihat dan mana yang harus dibuang.
Interaktif !!, melibatkan mereka berpartisipasi adalah kunci membuat kelompok ini akan betah duduk mengikuti keinginan kita.

So, jadi kemajuan tekhnologi merupakan triger yang telah membuat peta dan perilaku manusia berubah, yang tentu saja akan mengubah wajah2 di bidang lain. dan itu waktunya adalah sekarang untuk mulai memikirkannya. dalam hal ini saya kaitkan dalam dunia desain, tentu kita sebagai desainer grafis haruslah mulai memikirkan kembali metode2 desain yang telah ada dengan kebutuhan akan masa mendatang. Bagi industri periklanan tentu dituntut untuk terus memikirkan ulang metode2 dan media2 apa yang efektif, terkhusus untuk menyasar segmen kelompok ini. dibutuhkan kekuatan kreatifitas yang tinggi untuk dapat membuat mereka (digital native) di masa mendatang akan mau memperhatikan iklan2 yang di sodorkan kepada mereka.

Sebelum saya membaca majalah marketing ini, konsep interaktif sebenarnya jauh sudah diusung oleh para seniman2 kita dan dunia, saya lupa waktu itu tema pertunjukan performance art-nya, yang jelas di hadiri oleh seniman dari berbagai negara, seperti thailand, malaysia, philipina, amerika, eropa (jerman) dan indonesia yang diadakan di balai Soedjatmiko Gramedia Solo, tahun 2004 kalo tidak salah, sayang sekali saya tidak punya secuilpun dokumentasinya baik foto maupun video-nya. disini pertunjukan performance art lain dari biasa yang saya kenal, biasanya sangat simbolis dan membingungkan, tapi kali ini disajikan dalam format yang sangat mudah dicerna oleh siapapun meskipun hanya dalam bentuk gerakan dan simbol2 visual, dan lebih menariknya melibatkan partisipasi penonton dalam pertunjukannya. jadi pertunjukan performance art itu sebenarnya menjadi keputusan penonton untuk memulai dan mengakirinya, sang seniman hanya menjadi fasilisator saja, sebuah konsep yang baru dan brilian saat itu menurut saya. Nah bagaimana dengan kita para desainer grafis, dan insan2 kreatif lainnya, apakah masih terus berkutat di dalam, sementara diluar sana dunia telah berubah semakin cepat.